UNSUR-UNSUR LITURGIA
BAB 1
Votum, Salam Dan Introitus
Banyak tata ibadah
kebaktian dari gereja-gereja di Indonesia mulai dengan votum salam. Namun, ada
juga yang memakai introitus: nyanyian masuk dengan atau tanpa nas
pendahuluan. Kebiasaan ini diambil alih
dari gereja-gereja di Nederland.
Gereja-geeja lain diluar negeri tidak mengenal kebiasaan ini. Demikian
pula gereja pada waktu reformasi dan Gereja Lama dalam abad –abad pertengahan.
1.
Votum
Seperti
yang dikatakan diatas, kombinasi votum dan salam adalah kebiasaan yang diambil
alih dari gereja-gereja di Nederland. Dalam abad-abad pertama jemaat memulai
ibadahnya dengan salam. Hai itu berjalan terus sampai masa reformasi. Calcin
dalam kebaktian pemberitaan Firman
memulainya dengan tolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan
langit dan bumi (Mzm 124:8). Berdasarkan kebiasaan calvin tersebut Sinode
Dordrecht (1574) kemudian mewajibkan pemakaian (Mzm 124:8) sebagai votum dalam
kebaktian. Maksud votum ialah untuk meng-konstatir, hadirnya Tuhan Allah di tengah-tengah
umatNya. Oleh karena itu, votum harus
diucapkan pada permulaan kebaktian.
2.
Salam
Sama
seperti tata kebaktian di ederland, demikian pula banyak tata kebaktian yang
dipakai oleh gereja-gereja di Indonesia menggabungkan votum dengan salam.
a. Salam liturgia yang dikenal saat ini berasal dari
perjanjian Baru dan penulisnya mengambil alih dari ibadah Yahudi: dari rumus
salam “ selamat! Selamatlah engkau... (1 sam 25:6; 1 Taw 12:18) dan rumus
berkat “ Tuhan kiranya menyertai kamu (Rut 2:4).”
b. Kuyper mempunyai anggapan lain. Sebagai ganti salam ia memakai benediksi atau
rumus berkat , ialah komplemen, penggenapan votum. Keduanya berkaitan erat. Jemaat mulai dengan pengakuan bahwa
pertolongannya adalah di dalam nama Tuhan, yang telah melepaskanya dari siksaan
dan kematian untuk kehidupan yang kekal.
c. Bentuk salam yang paling sederhana ialah yang dipakai
oleh jemaat-jemaat dari Geraja lama, “Tuhan
Menyertai kamu!” dan dijawab oleh jemaat dengan ,” Dan menyertai
Rohmu!”. Salam diucapkan tanpa mengangkat tangan. Dengan tegas Oberman memperingatkan, “salam
itu bukan berkat! Jadi, jangan mengangkat tangan. Jangan diucapkan dengan tangan terulur.
3.
Introitus
Sesudah
Votum dan salam banyak gereja di Indonesia
memakai unsur ketiga yang dalam kata asing disebut dengan Introitus. Introitus terdiri dari
nyanyian masuk dengan atau tanpa nas pendahuluan.
a. Liturgia-liturgia lama memulai ibadahnya dengan suatu
nyanyian yang disebut Inressa atau Officium. Yang diantaranya dalam sacramentum Gregorius I (590-604),
salah satu dari ketiga bentk pertama dari misa Romawi. Introitus terdiri dari: antifon, mazmur, dan
Gloria kecil. Gereja katolik Roma pada
saat ini berusaha memulihkan kembali nyanyian introitus dengan maksud supaya
jemaat turut aktif menyanyikannya seperti dahulu. Sebab introitus pada hakekatnya adalah
nyanyian jemaat.
b. Dalam praktik, introitus hanya dipakai di jemaat-jemaat
besar yang mempunyai paduan suara. Di
jemaat-jemaat kecil, yang tidak ada paduan suara, introitus diganti dengan
nyanyian jemaat.
Berhubung dengan itu, dalam abad
ke-19 gereja-gereja lutheran di Jerman berusaha memulihkankembali introitus
dengan jalan:
1. Menyanyikan secara gregorian oleh paduan suara.
2. Menyanyikan secara gregorian oleh jemaat
3. Mengucapkan sebagai “rumus masuk” oleh pelayan dan
disambung oleh jemaat dengan Gloria kecil. Dalam Praktik , cara terakhir ini
yang paling berkembang dan yang paling
besar pengaruhnya.
c. Cara Lutheran ini diambil alih oleh gereja-gereja di
Nederland dan di impor ke Indonesia.
Kini introitus menempatkan kebaktian jemaat dalam suasana dari bagian
sejarah selamat ynag ari padanya kita hidup pada saat ini: kita berada dalam
kebaktian Advent atau pentakosta atau Trinitas.
d. Sesudah pelayan mengucapkan nas pendahuluan jemaat
menyanyikan nyanyian masuk . Nyanyian itu adalah suatu puji-pujian,
pelayan mengucapkan introitus dan jemaat terus menjawab dengan nyanyiannya.
BAB II
PENGAKUAN DOSA, PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM
1.
Pengakuan Dosa,
Pemberitaan Anugerah
Confessio pada
permulaan misa disebut juga “doa tangga”
karena imam mengucapkannya dimuka tangga mezbah yang paling bawah. Ia berjalan
ke Mezbah dan mengucapkan Mazmur 43. Sesudah itu menyusul pengakuan dosa,
didahului ole pertolongan kita ilah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit
dan bumi. Sesudah pengakuan itu
diucapakan, para pembantu imam dengan suatu permohonan pengampunan. Rumus yang
digunakan untuk pengakuan dosa bermacam-macam bentuknya; ada yang langsung
dikutip dari Alkitab (Mzm 25:51; 1:30 ; Yes 59:12-13 ; 63 dan 64; Rm 9; Rm 7).
2.
Hukum
Hukum
ang biasa dibacakan ialah dasafirman (Kel 2-;1-17)munurut Van der Leeuw,
dasafirman tidak boleh dibacakan tanpa inti hukum (Mat 22:37-40) sebab inti
hukum yang memberikan arti yang legitim kepada dasafirman bagi umat Kristen.
Bila keduanya terlampau panjang boleh
dibacakan saja inti hukum. Pembaca hukum
disambut ( diaminkan) oleh jemaat dengan puji-pujian. Nyanyian-nyanyian yang
telah kita sebut diatas sesudah pemeberitaan anugrah juga nyanyian Rohani.
BAB III
GLORIA KECIL, KYRIE
ELEISON DAN NYANYIAN PUJIAN
1.
Gloria Kecil
Gloria Kecil mula-mula muncul dalam
abad ke-6 (waktu timbulnya pengakuan Athanasius). Gloria kecil mula-mula
rupanya adalah nyanyian jemaat. Namun ketika gloria kecil diimpor ke Roma,
unsur ini diserahkan bersama-sama dengan bagian kedua introitus kepada paduan
suara. Reformasi melanjutkan
perkembangan ini. gloria kecil tidak
memikirkan untuk memberikan kembali fungsi yang semula kepada nyanyian itu,
yaitu sebagai nyanyian jemaat.
2.
Kyrie Eleison
Kyrie Eleison (=Tuhan, kasihanilah)
adalah suatu doa yang terkenal diantara bangsa-bangsa kafir (di Mesir, Asia
Kecil, konstantinopel, Yunani, Roma, Dll) dari sana doa tersebut berkembang
keseluruh gereja disebelah timur. Kyrie Eleison menjadi bagian yang penting
baik di dalam ibadah perayaan Perjamuan (pada permulaan perayaan sebagai doa
orang-orang percaya).
3.
Nyanyian Pujian
Gloria in excelsis Deo (kemuliaan
bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi, Luk 2:14). Dalam tata kebaktian-tata
kebaktian lain Gloria in excelsis Deo mula-mula juga dipakai. Zwingli menggunakan didalam konsep untuk
perayaan perjamuan reformatis.
BAB IV
DOA, PEMBACAAN ALKITAB, DAN KHOTBAH
Sama seperti di gereja-gereja lain,
gereja di Indonesia pun, doa pembacaan Alkitab dan Khotbah merupakan unsur
tetap di dalam kebaktia Jemaat.
1.
Doa (Epiklese)
a. Menurut tata ibadah yang dipakai di jemaat-jemaat di
belahan Barat, sesudah Introitus (=inggressa atau officium), Kyrie Eleison dan
Gloria In Excelsis Deo, menyusul doa yang disebut collecta. Luther memakai kollekta di dalam kebaktian
jemaat.
b. Kebiasaan ini diambil alih oleh gereja-gereja di
Nederland, tetapi doa untuk pemebritaan firman KHOTBAH sering dicampurbaurkan
dengan doa syafaat (sesudah Khotbah) sehingga hilang fungsinya yang semula.
c. Untuk epiklese ada gereja yang memakai doa formulir
. buku ibadah dari gereja Heword di
Nederland memuat sebagai contoh beberapa “Doa untuk penerangan Roh Kudus”.
2.
Pembacaan Alkitab
Pada saat ini
gereja-gereja umumnya mengikuti kebiasaan abad-abad pertama dan membacakan baik
dari Perjanjian Lama, Maupun pelayan-pelayan yang menyimpang dari kebiasaan
ini. brink sependapat denga Lekkerkerker.
Dengan tugas ia mengatakan “Pembacaan Alkitab haruslah bebentu jamak
supaya kepenuhan kesakian Kitab suci nampak sejelas-jelasnya”. Pembacaan
Alkitab biasanya diakhiri dengan “Berbahagialah orang yang mendengar firman
Allah dan memeliharanya. Haleluya!” dan dijawab oleh jemaat dengan nyanyian
“Haleluya! Haleluya!”.
3.
Hubungan Antara Pembacaan Alkitab dan Khotbah.
Hubungan eratnya antara pembacaan
Alkitab dan khotbah ini kita dapati juga dalam KIS 13:15.
BAB V
MAZMUR DAN HALELUYA
1.
MAZMUR
Kitab Mazmur
memainkan peranan yang penting didalam ibadah jemaat; bukan saja ibadah jemaat
PL melainkan juga ibadah jemaat perjanjian Baru. Sejak abad-abad pertama kita membawa bahwa pembacaan-pemabacaan Alkitab didalam ibadah selalu diselingi
dengan Nyanyian mazmur.
2.
HALELUYA
Unsur ini berasal dari ibadah Yahudi
(ibadah Bait Allah). Haleluya terutama dinyanyikan pada hari raya paskah dal
Halel besar (Mazmur 113-118).
BAB VI
PENGAKUAN IMAN
Hampir semua tata kebaktian dari
gereja-gereja di Indonesia memakai pengakuan iman sebagai unsur liturgia.
Umumnya pengakuan iman diucapkan sesudah Khotbah, tetapi kadang-kadang juga
sesudah pembacaan Alkitab atau sebelum doa syafaat disemua tempat ini pengakuan
iman mempunyai fungsi yang sama
a. Sebagai rangkuman dari Injil yang dibacakan
b. Sebagai jawab jemaat atas firman yang diberitakan.
Tetapi disamping itu
pengakuan iman dapat juga diucapkan bersama-sama oleh jemaat, baik sebagai puji-pujian maupun sebagai pengakuan untuk menaati firman yang baru
didengarnya. Bentuk apapun yang dipilih
jemaat harus dilakukan dengan berdiri.
BAB VII
DOA SYAFAAT
Yang dimaksud dengan Doa Syafaat ialah doa yang didalam
beberapa tat kebaktian gereja-gereja di indonesia disebut doa umum atau doa
pastoral. Diluar negeri doa ini terkenal dengan nama intercession. Doa syafaat
dapat terdiri dari doa bebas (Doa Formulir?) dan doa Bapa Kami adalah suatu
dosa syafaat.
BAB VIII
PEMBERIAN JEMAAT
Yang dimaksudkan dengan
pemberian atau persembahan jemaat ialah apa yang dalam gereja-gereja di
Indonesia disebut kolekte atau korban. Kolekte biasanya dikumpulkan satu kali
dalam tiap-tiap kebaktian, tetapi ada juga yang mengumpulkannya dua atau tiga
kali.
BAB IX
NYANYIAN PADUAN SUARA
Dalam gereja-gereja
Protestan paduan suara sampai sekarang belum mempunyai kedudukan dan tempat
yang pasti. Nyayian merupakan salah satu unsur yang paling penting dari ibadah
jemaat. Dalam ibadah jemaat-jemaat di Indonesia, paduan suara telah mendapat suatu tempat yang tepat.
BAB X
BERKAT
Ini
merupakan pembahsan terakhir dalam buku ini.
didalam ibadah unsur terakhir ialah berkat. Berkat sudah ditemukan pada
zaman perjanjian Lama. Yang terkenal
ialah berkat Harun (Bila 6:22-27). Menurut oberman mengatakan bahwa berkat
adalah pemberian Tuhan yang dikaruniakan
kepada jemaat oleh pelayan yang ajaib dari manusia disini pelayan bertindak
sebagai imam, berkat itu nyata. Berkat
diucapkan oleh peayan dengan tangan terulur dan “telapak tangan yang menghadap
ke bawah”.
KESIMPULAN
Liturgi adalah tata
ibadah kebaktian dari gereja-gereja di Indonesia mulai dengan votum salam.
Namun, ada juga yang memakai introitus: nyanyian masuk dengan atau tanpa nas
pendahuluan. Kebiasaan ini diambil alih
dari gereja-gereja di Nederland. Gereja-geeja lain diluar negeri tidak mengenal
kebiasaan ini. Demikian pula gereja pada waktu reformasi dan Gereja Lama dalam
abad –abad pertengahan
Liturgi disusun supaya rangkaian ibadah itu menjadi
teratur dan terarah, rapi dengan susunan adanya votum,salam ,introitus, pengakuan
dosa, pemberitaan anugerah, hukum, gloria kecil, kyrie eleison dan nyanyian
pujian, doa, pembacaan alkitab, khotbah,
mazmur dan haleluya, doa syafaat, pemberian jemaat, nyanyian paduan suara, dan
diakhiri dengan doa berkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar